Senin, 09 Januari 2012

Neoliberalisme Dan Etika Bisnis Dalam Persaingan Usaha


Wujud neoliberalisme secara lebih jelas dapat diketahui melalui ciri-cirinya:
- Kekayaan terpusat pada sekelompok orang ataupun sindikat bisnis raksasa.
- Mati dan lumpuhnya fungsi negara dalam layanan publik.
- Privatisasi atas semua sektor layanan publik (pendidikan dan kesehatan).
- Semua kekuatan kritis menghamba pada rezim pasar (media, intelektual, dan gerakan sosial).

Melalui ciri-ciri tersebut diketahui bahwa sifat dasar dari sistem neoliberalis adalah diskriminatif.
Hal ini disebabkan keberpihakannya kepada kalangan pemilik modal saja. Bahkan lebih dari itu,
kegiatan ekonomi yang dijalankan hanya semata-mata untuk meraih materi, terlepas dari
nilai-nilai transendental, yang menjadi pemicu terabaikannya nilai-nilai etika dalam berbisnis.
Untuk itulah kiranya, dalam aktivitas ekonomi saat ini sudah saatnya untuk memasukkan
nilai-nilai etika. Nilai-nilai etika bisnis inilah yang membuat aktivitas ekonomi dapat berhasil
dengan baik.
Pentingnya Etika Bisnis Dunia Bisnis
Etika Bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri, dan juga masyarakat.

Beberapa hal yang mendasari perlunya etika bisnis kegiatan bisnis:
- Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga
mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di dalamnya.
- bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat.
- bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman bagi
pihak-pihak yang melakukannya.
Bisnis adalah kegiatan yang mengutamakan rasa saling percaya. Dengan saling percaya,
Kegiatan bisnis akan berkembang baik.
Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.

Sebagai bentuk baru dari paham ekonomi pasar liberal, neoliberalisme ikut memicu lahirnya
permusuhan antara pengusaha dan pekerja atau antara majikan dan buruh. Menciptakan
ketidakdamaian antara pemilik modal dan pekerjanya, yang ditandai dengan penindasan
terhadap kaum buruh dengan upah buruh yang masih jauh dari kebutuhan hidup sehari-hari.
Sebab, yang diterima pekerja di Indonesia baru merupakan upah minimum regional (UMR). Dalam pasar bebas, para pengusaha tidak lagi saling peduli satu sama lain, dan berlomba
mempertahankan kepentingannya. Sehingga, keberadaan etika bisnis menjadi tidak penting
lagi dan tujuannya untuk memberikan kenyamanan bagi para stakeholder-nya tidak lagi dapat
dicapai. Yang kaya akan semakin kaya, dan yang miskin akan semakin tertindas, karena persaingan usaha menjadi tidak seimbang.
Padahal telah terbukti, bagaimana ketahanan para pelaku-pelaku UKM dalam menghadapi
krisis ekonomi global. Sementara sekelompok kecil pemodal besar, yang mendapat banyak
kemudahan fasilitas dari pemerintah justru terpuruk oleh krisis global. Terlihat bahwa
pemerintah melalui regulasinya lebih berpihak pada pemilik modal demi mengejar persentase
pertumbuhan yang tinggi. Kesemuanya ini mengindikasikan telah terabaikannya etika bisnis
sebagai acuan bagi para pelaku bisnis dalam melakukan kegiatan usaha.

Secara umum, dampak yang ditimbulkan dari neoliberalisme adalah:
- Semua layanan publik menjadi mahal (tingginya ongkos kesehatan dan pendidikan).
- Membesarnya kekayaan berbagai sektor usaha global.
- Kesenjangan yang makin melebar (kaya-miskin), di mana pekerja tidak mendapat
perlindungan dari negara.
- Konflik meluas bukan hanya pada kaya-miskin, melainkan antarkelompok miskin.
- Munculnya gagasan Corporate Sosial Responsibility (CSR).

Adapun perlawanan yang dapat dilakukan terhadap isu neoliberalisme, antara lain:
       (I)            Melakukan pendidikan kritis dan kampanye tentang ekonomi pasar dan peta kekuatan modal,
    (II)           Mendorong lahirnya organisasi sosial yang berbasis sosial plural,
 (III)            Menuntut kembalinyafungsi negara sebagai penyedia layanan publik yang murah sekaligus bermutu,
(IV) Membuat media pencerahan sebagai lawan dari wacana dominan neoliberal,
(V) Mendorong aksi-aksi massa yang memanfaatkan sentimen keadilan dan ekonomi rakyat,
(VI) Memanfaatkan kekuatan sosial untuk mendorong tuntutan progresif, dan
(VII) Menciptakan basis logistik yangmandiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar